Laga Bola – Masuknya empat punggawa Arema FC, Kurnia Meiga, Ahmad Farizi, Dendi Santoso dan Yongki Ari Bowo disambut antusias tim berjuluk Singo Edan. Khusus Farizi dan Dendi, menjadi kebanggaan tersendiri karena produk asli Arema FC.
Sedangkan Kurnia Meiga dan Yongki tak begitu mengejutkan karena sebelumnya telah menjadi bagian tim nasional senior. Media Officer Arema FC Sudarmaji sangat berharap pemanggilan kedua pemain muda tersebut bisa menambah pengalaman bertanding.
Diakuinya, selama ini Farizi memang jarang menembus tim utama karena kalah senior dibanding Zulkifli Syukur. Kebetulan dua pemain ini berposisi sama sebagai wing back kanan. Namun Farizi dianggap mempunyai potensi sebagai wing back jempolan di masa depan.
“Dia cepat, antisipasi bagus, serta mempunyai mental petarung. Dia salah satu bakat terbaik Arema dan kita semua yakin dia akan mendapatkan kesempatan jika saatnya tiba,” kata Sudarmaji.
Malah Dendi yang bisa beroperasi sebagai striker atau sayap kiri, sudah mampu mencongkel pemain senior Fachrudin dari posisinya. Kendati demikian, Arema masih terganggu dengan jadwal pemusatan latihan tim nasional U-23 yang terancam berbenturan dengan jadwal reguler klub.
Untuk itu, tim berlogo kepala Singa bakal mengirimkan surat ke Badan Tim Nasional (BTN) agar mendapatkan kelonggaran atau keringanan jadwal. Artinya, keempat pemain itu bisa dipanggil sewaktu-waktu untuk memperkuat tim saat dibutuhkan.
“Apalagi kita mulai Maret akan bertanding di Liga Champion Asia (LCA). Pemain seperti Yongki, Dendi atau Kurnia Meiga sangat dibutuhkan klub. Kita akan meminta dispensasi agar di sela pemusatan latihan bisa sekaligus konsentrasi ke tim,” tandas Sudarmaji.
Sementara, ketika Arema menyumbang pemain terbanyak di tim nasional U-23, pukulan telak justru diperoleh tim tetangganya, Persema Malang. Dua pemain hasil naturalisasi, Irfan Bachdim dan Kim jeffrey Kurniawan, benar-benar tidak berguna untuk tim nasional.
Pelatih tim nasional Alfred Riedl membuktikan ucapannya tak akan mengambil risiko menarik pemain dari Liga Primer Indonesia (LPI). Praktis, Irfan Bachdim yang bersinar di Piala AFF 2010 silam, harus memendam impiannya memakai kostum tim merah-putih.
Pelatih Persema Timo Scheunemann sangat menyesali keputusan Alfred Riedl. Seharusnya seleksi pemain tidak dicampuri urusan di mana pemain yang bersangkutan bertanding. Setelah terbukti bermain bagus di Piala AFF, Timo mengklaim Irfan maupun Kim layak memperkuat U-23.
“Sangat mengecewakan. Kemarin di Piala AFF Irfan bermain bagus, tapi sekarang tidak dipanggil tim nasional. Seharusnya tim nasional tidak melihat di mana pemain bertanding, tapi lebih mempertimbangkan kualitas bermainnya,” uangkap Timo.
Inilah konsekuensi yang ditanggung Persema maupun Kim dan Irfan karena memutuskan ikut kompetisi LPI. Sebelumnya, walaupun berharap tetap menjadi bagian tim nasional, kedua pemain itu memang tidak begitu memikirkan peluangnya dipanggil Riedl.
Saat menandatangani kontrak dengan Persema dua pekan silam, Irfan Bachdim ingin berkonsentrasi pada permainannya di lapangan. Menjadi bagian tim nasional merupakan prioritas kedua setelah ia menunjukkan permainannya.