Laga Bola – Pelatih Timnas Malaysia Krishnasamy Rajagopal mengaku tertarik berkarier di Indonesia. Tantangan baru menjadi alasan sang arsitek sehingga dia siap bekerja untuk klub Tanah Air.

Banyak pernak-pernik yang menyertai laga final Piala AFF 2010 yang mempertemukan dua tim serumpun Indonesia kontra Malaysia. Tingginya tensi pertandingan tersebut menjadi catatan tersendiri bagi Rajagopal. Pelatih berusia 54 tahun itu mengaku ingin merasakan panasnya kompetisi internal Indonesia. Apalagi, perkembangan kompetisi di Tanah Air saat ini makin membubung dari segi penonton. Tercatat, AFC menempatkan tingkat crowd tertinggi sepak bola Asia pada suporter Indonesia di Indonesia Super League (ISL) musim lalu.

”Saya seorang profesional.Seusai laga final Piala AFF ini, saya ingin melatih di Indonesia. Semua bisa saja terjadi setelah turnamen ini,” kata Rajagopal.

Selain alasan dari rating suporter dari AFC, ada banyak daya tarik di kompetisi Indonesia. Atmosfer kompetisi yang ketat plus amunisi bintang yang membela klubklub ISL ditambah anggaran miliaran tentu bisa jadi alasan kuat pelatih luar negeri.

”Saya belum tahu masa depan bersama timnas Malaysia seperti apa. Bila tidak ada tawaran dari Indonesia, pada dasarnya saya bisa melatih di mana saja. Saya tertantang untuk melatih di luar Malaysia,” tutur pria yang terakhir membesut klub pada 2001, kala melatih Kelantan FA. Sebelum meloloskan pasukan senior Harimau Malaya, julukan Malaysia, ke final Piala AFF 2010, Rajagopal sempat menangani timnas U-23 negerinya.

Hasilnya, timnas U-2 Malaysia sukses meraih medali emas SEA Games (SEAG) 2009. Pada pesta olahraga Asia Tenggara di Laos tahun lalu itu, pasukan muda Harimau Malaya menang atas Vietnam dengan skor 1-0. Padahal, timnas U-23 Malaysia saat di SEAG 2009 pada laga fase penyisihan Grup A kalah dari Vietnam. Mohd Safiq Rahim dkk bahkan tumbang dengan skor yang cukup telak 1-3. Namun, semua dibalikkan pada perebutan emas. Kemampuan Rajagopal sebagai pelatih dengan cara memotivasi bagus ini yang dibutuhkan klub ISL. Apalagi, dia juga tak pernah lupa up date informasi perkembangan sepak bola Asia Tenggara, terutama Indonesia.

”Saya tahu di Indonesia juga ada pelatih dari Malaysia. Tapi, saat ini yang penting fokus di final dulu,” lanjutnya. Pada musim pertama Djarum ISL, setidaknya ada dua pelatih Malaysia yang beredar. Mereka adalah Raja Isa yang menangani Persipura Jayapura dan Pelatih Deltras Sidoarjo Abdul Rahman Ibrahim. Namun, Abdul Rahman akhirnya dipecat karena dinilai sebagai aktor terdegradasinya The Lobster, julukan Deltras. Raja Isa juga akhirnya terpental dari Persipura karena performa labil pasukannya.

Raja Isa kemudian melatih PSM Makassar dan mengangkat performa klub itu, meski tak sampai akhir musim. Isa pada dua musim terakhir menangani klub Divisi Utama Persiram Raja Ampat.

”Saya berharap bisa menangani salah satu klub papan atas di Indonesia dengan mental juara tinggi. Timnas Malaysia yang saya tangani saat ini sebenarnya bukan yang terbaik karena sepuluh pemain cedera. Tapi, mereka punya motivasi dan mental juara,” tuturnya. ”Kami sebenarnya diberi target lolos ke final round Piala Asia 2015 lalu berlanjut ke Piala Dunia 2018,” imbuh Rajagopal.

Rajagobal merupakan satu dari dua nama pelatih lokal yang menangani kontestan turnamen dua tahunan ini. Selain Malaysia, Myanmar juga memakai jasa pelatih lokal. Hanya, prestasi Soe Myat Min tidak seberuntung Rajagopal. Myanmar hanya finis sebagai juru kunci Grup B dengan nilai satu dari tiga laga. Tentu sebuah catatan yang jauh dari harapan. Apalagi, Myanmar dalam beberapa tahun terakhir sering jadi kuda hitam di Piala AFF.

LEAVE A REPLY